Penyakit Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa mengakibatkan bayi tidak dapat buang air besar (BAB) sejak dilahirkan.
Saraf di usus besar berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus. Pada kondisi normal, pergerakan usus besar inilah yang mendorong feses keluar. Namun, pada penyakit Hirschsprung, saraf di usus besar tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, feses menumpuk di dalam usus besar.
Penyakit Hirschprung umumnya dapat diketahui sejak bayi baru lahir. Namun, pada kondisi yang ringan, penyakit ini baru terdeteksi setelah anak sudah lebih besar.
Penyebab Penyakit Hirschsprung
Belum diketahui mengapa saraf usus besar pada penyakit Hirschprung tidak terbentuk sempurna. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan beberapa faktor, yaitu:
Berjenis kelamin laki-laki
Memiliki keluarga yang menderita penyakit Hirschsprung
Gejala penyakit Hirschsprung tergantung pada tingkat keparahannya. Umumnya, gejala sudah dapat dideteksi sejak bayi lahir, yaitu bayi tidak buang air besar (BAB) dalam 48 jam setelah lahir.
Selain bayi tidak BAB, gejala lain penyakit Hirschsprung pada bayi baru lahir adalah:
Muntah berwarna coklat atau hijau
Perut membesar
Rewel
Demam
Diare cair dan berbau busuk
Pada penyakit Hirschsprung yang ringan, gejala baru muncul saat usia anak lebih besar. Gejalanya antara lain:
Mudah lelah
Perut kembung dan terlihat buncit
Sembelit yang terjadi dalam jangka panjang (kronis)
Segera hubungi dokter bila bayi Anda tidak BAB dalam 48 jam setelah dilahirkan. Sedangkan pada anak yang lebih besar, lakukan pemeriksaan ke dokter anak jika muncul gejala seperti yang telah disebutkan di atas.
Pasien yang sedang dalam pengobatan atau telah menjalani operasi untuk mengobati penyakit Hirschprung juga perlu menjalani pemeriksaan secara berkala sesuai anjuran dokter, agar kondisinya dapat terus dipantau.
Diagnosis Penyakit Hirschsprung
Dokter anak akan menanyakan gejala yang dialami oleh anak, kemudian melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan colok dubur. Jika pasien diduga menderita penyakit Hirschsprung, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
Foto Rontgen Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kemungkinan penyumbatan pada usus besar.
Manometri anorektal Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan alat khusus berupa balon dan sensor tekanan untuk memeriksa fungsi usus. Tes ini dilakukan pada anak yang lebih besar.
Biopsi Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar yang selanjutnya akan diperiksa di bawah mikroskop.
Pengobatan Penyakit Hirschsprung
Pengobatan penyakit Hirschsprung adalah dengan prosedur operasi yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi anak. Metode tersebut adalah:
1. Prosedur penarikan usus (pull-through surgery)
Pada prosedur ini, dokter akan membuang bagian dalam dari usus besar yang tidak bersaraf, kemudian menarik dan menyambungkan usus yang sehat langsung ke dubur atau anus.
2. Ostomi
Ostomi dilakukan pada anak yang kondisinya tidak stabil atau lahir prematur. Pada prosedur ini, dokter akan memotong bagian usus yang bermasalah, kemudian mengarahkan usus yang sehat ke lubang (stoma) yang dibuat di perut. Lubang ini berfungsi sebagai jalan untuk membuang feses.
Selanjutnya, dokter akan memasangkan kantong khusus ke stoma sebagai tempat penampungan feses. Jika kondisi pasien sudah stabil dan usus besar mulai pulih, dokter akan menutup lubang di perut dan menyambungkan usus yang sehat ke anus.
Setelah operasi, pasien perlu menjalani rawat inap di rumah sakit selama beberapa hari. Selama masa perawatan, usus umumnya akan pulih secara bertahap dan bisa berfungsi kembali dengan normal.
Pada awal masa pemulihan, anak akan merasa sakit saat buang air besar. Selain itu ia juga dapat mengalami sembelit. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukan beberapa upaya berikut:
Memberi anak minum air putih dalam jumlah yang cukup, untuk membuat tinja lebih lunak sekaligus memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya
Memberi anak makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran, bila ia sudah bisa mencernanya
Berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis makanan yang tepat untuk mengatasi sembelit pada anak yang belum bisa mencerna makanan
Mengajak anak bermain, karena gerakan tubuh dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan meningkatkan pergerakan usus
Memberikan obat pencahar dengan terlebih dahulu mengkonsultasikannya ke dokter
Komplikasi Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung yang tidak ditangani dapat menyebabkan timbulnya komplikasi, seperti:
Kekurangan gizi dan dehidrasi
Infeksi pada usus (enterocolitis), yang dapat mengancam nyawa
Usus pecah
Setelah menjalani operasi, anak juga berisiko mengalami buang air besar yang tidak terkontrol (inkontinensia tinja).
Pencegahan Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung sulit untuk dicegah, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, jika memiliki keluarga yang menderita kondisi ini, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.
Terakhir diperbarui: 10 Maret 2022
Ditinjau oleh: dr. Pittara
Referensi:
Ambartsumyan, L., Smith, C., & Kapur, R. P. (2020). Diagnosis of Hirschsprung Disease. Pediatric and Developmental Pathology, 23 (1), pp. 8–12. Langer, J., C., & Levitt, M., A. (2020). Hirschsprung Disease. Current Treatment Options in Pediatrics, 6, pp. 128–39. National Organization for Rare Disorders (2017). Rare Disease Database. Hirschsprung Disease. National Health Service UK (2019). Health A to Z. Hirschsprung’s Disease. National Institute of Health (2022). MedlinePlus. Hirschsprung disease. Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Hirschsprung’s Disease. Cleveland Clinic (2020). Disease & Conditions. Hirschsprung Disease. Brennan, D. WebMD (2019). What Is Hirschsprung’s Disease? Family Doctor (2020). Hirschsprung’s Disease.
Sumber : https://www.alodokter.com/penyakit-hirschsprung
Penyakit hirschsprung adalah kondisi langka yang menyebabkan kotoran tersangkut di usus. Umumnya kondisi ini memengarungi bayi dan anak kecil. Biasanya, usus terus menerus meremas dan mengendur untuk mendorong kotoran dan hal ini adalah sebuah proses yang dikendalikan oleh sistem saraf.
Pada penyakit hirschsprung, saraf yang mengontrol gerakan usus hilang dari bagian ujung usus. Artinya, kotoran dapat menumpuk dan membentuk penyumbatan. Kondisi ini dapat menyebabkan sembelit parah dan kadang menyebabkan infeksi serius yang disebut enterokolitis jika tidak diidentifikasi dan diobati sejak dini. Namun kondisi ini biasanya muncul setelah lahir dan bisa diobati dengan operasi sesegera mungkin.
Penyebab Hirschsprung
Dalam keadaan normal, saat janin berkembang di dalam kandungan, sel saraf juga akan berkembang di usus. Dengan demikian usus dapat berkontraksi dengan baik saat ada makanan yang masuk ke dalamnya. Tanpa ada kontraksi, feses akan terperangkap dalam usus dan tidak bisa keluar.
Pada pengidap penyakit Hirschsprung, sel saraf tersebut berhenti berkembang sehingga ada bagian usus besar yang tidak memiliki saraf. Penyebab gangguan perkembangan sel saraf itu hingga kini belum diketahui pasti.
Pada beberapa kasus, penyakit Hirschsprung diduga terkait dengan faktor keturunan atau genetika. Selain itu, bayi laki-laki juga ditemukan lebih berisiko terhadap penyakit Hirschsprung dibandingkan bayi perempuan.
Faktor Risiko Hirschsprung
Ada banyak faktor risiko untuk Hirschsprung, yaitu:
Memiliki saudara kandung yang memiliki penyakit Hirschsprung: Penyakit Hirschsprung dapat menurun. Jika memiliki seorang anak yang memiliki kondisi ini, anak biologis selanjutnya dapat memiliki risiko.
Laki-laki: Penyakit Hirschsprung lebih umum terjadi pada laki-laki.
Memiliki kondisi turunan lainnya: Penyakit Hirschsprung terkait dengan kondisi menurun lainnya, seperti Down syndrome dan kelainan lain yang muncul sejak lahir, seperti penyakit jantung kongenital.
Gejala Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala umumnya sudah dapat dideteksi sejak bayi baru lahir, di mana bayi tidak buang air besar (BAB) dalam 48 jam setelah lahir.
Selain bayi tidak BAB, di bawah ini adalah gejala lain penyakit Hirschsprung pada bayi baru lahir:
Muntah-muntah dengan cairan berwarna coklat atau hijau.
Perut buncit.
Rewel.
Pada penyakit Hirschsprung yang ringan, gejala baru muncul saat anak berusia lebih besar. Gejala penyakit Hirschsprung pada anak yang lebih besar terdiri dari:
Mudah merasa lelah.
Perut kembung dan kelihatan buncit.
Sembelit yang terjadi dalam jangka panjang (kronis).
Kehilangan nafsu makan.
Berat badan tidak bertambah.
Tumbuh kembang terganggu .
Diagnosis Hirschsprung
Anak yang mengalami hirschsprung perlu menjalani satu atau lebih tes untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan dapat berupa:
Rontgen perut.
Kontras Enema, yakni prosedur yang memungkinkan dokter untuk memeriksa adanya kelainan pada usus besar.
Biopsi rektal.
Komplikasi Hirschsprung
Komplikasi yang dapat terjadi setelah pengidap menjalani operasi meliputi:
Munculnya lubang kecil atau robekan pada usus.
Inkontinensia tinja.
Kekurangan gizi dan dehidrasi .
Sementara itu hirschsprung yang parah atau tidak diobati segera dapat menyebabkan masalah yang berpotensi mengancam jiwa, yaitu:
Obstruksi Usus Besar: Obstruksi usus besar menghambat makanan melewati usus. Obstruksi juga memotong aliran darah, hingga menyebabkan sebagian usus mati. Saat tekanan meningkat, bakteri bocor dari usus ke aliran darah. Kondisi mematikan yang disebut sepsis pun dapat terjadi.
Megakolon Toksik: Kondisi langka yang mengancam jiwa ini menyebabkan usus besar melebar dan membesar. Gas dan kotoran tidak bisa bergerak melalui usus yang bengkak. Jika mereka menumpuk, maka usus bisa pecah.
Pengobatan Hirschsprung
Penyakit hirschsprung adalah kondisi yang sangat serius. Namun jika ditemukan dengan cepat, pengobatan akan membantu anak menjalani hidup yang lebih baik. Dokter biasanya akan melakukan salah satu dari dua jenis operasi berikut:
Prosedur Pull-through: Operasi ini hanya memotong bagian usus besar dengan sel-sel saraf yang hilang. Kemudian sisa usus terhubung langsung ke anus.
Operasi Ostomi: Operasi ini mengarahkan usus ke lubang yang dibuat di dalam tubuh. Dokter kemudian menempelkan kantong ostomi ke bagian luar bukaan untuk menampung limbah dari usus. Operasi ostomi biasanya merupakan tindakan sementara sampai anak siap untuk prosedur pull-through.
Setelah operasi, beberapa anak mungkin mengalami masalah dengan sembelit, diare, atau inkontinensia (kurangnya kontrol buang air besar atau buang air kecil). Beberapa anak mungkin juga terkena enterokolitis. Tanda-tandanya termasuk:
Pendarahan di dubur.
Demam.
Muntah.
Perut bengkak.
Jika itu terjadi, segera bawa anak ke rumah sakit. Namun dengan perawatan yang tepat, terutama pola makan tepat, dan mencukupi kebutuhan cairan, kondisi ini akan mereda dan sebagian besar anak dapat mengalami buang air besar yang normal dalam waktu satu tahun pengobatan.
Sementara itu beberapa anak mengalami masalah usus terus-menerus hingga dewasa sepanjang hidup. Karena penyakit hirschsprung adalah bawaan, itu berarti kondisi ini menjadi masalah seumur hidup yang harus selalu dipantau.
Pencegahan Hirschsprung
Belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Hirschsprung.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Hirschsprung’s disease
WebMD. Diakses pada 2022. What Is Hirschsprung’s Disease?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Hirschsprung Disease
Boston Children’s Hospital. Diakses pada 2022. What is Hirschsprung’s disease?
Diperbarui pada 10 Mei 2022.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/hirschsprung
ADHD alias Attention-deficit hyperactivity disorder adalah istilah medis untuk gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif. ADHD adalah gangguan yang menyerang anak-anak dan membuat pengidapnya kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu. Kondisi ini memang menyerang anak-anak, tetapi gejala yang muncul bisa bertahan hingga remaja bahkan dewasa.
ADHD dikelompokkan menjadi 3 subtipe, di antaranya:
1. Dominan hiperaktif-impulsif
Anak-anak yang mengidap ADHD tipe ini umumnya memiliki masalah hiperaktivitas yang muncul bersamaan dengan perilaku impulsif.
2. Dominan inatentif
Pengidap gangguan ADHD tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian penuh pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak bisa memperhatikan dengan baik.
3. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif
Tipe ketiga ini merupakan kombinasi dari semua gejala. Pada tipe ini, anak menunjukkan ciri hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.
Penyebab ADHD
Penyebab pasti ADHD belum ada yang tahu dengan pasti sampai saat ini. Namun, kondisi ini bisa muncul akibat ada ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) di dalam otak.
Namun ada beberapa dugaan penyebab ADHD menurut para ahli:
1. Genetika
ADHD cenderung menurun dalam keluarga. Dalam banyak kasus, ada dugaan bahwa dugaan bawah gen yang seseorang warisi dari orang tua merupakan faktor penting dalam berkembangnya ADHD. Penelitian
2. Fungsi dan struktur otak
Mengutip National Health Service UK, penelitian telah mengidentifikasi beberapa kemungkinan perbedaan dalam otak orang dengan berkembangnya ADHD dari mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Penelitian tersebut melibatkan pemindaian otak yang hasilnya menunjukkan bahwa area otak tertentu mungkin lebih kecil pada orang dengan ADHD, sedangkan airea lainnya mungkin lebih besar.
Studi lain menunjukkan bahwa orang dengan ADHD mungkin memiliki ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmitter di otak. Selain itu, bahan kimia tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik.
3. Paparan neurotoksin selama kehamilan
Banyak pula peneliti yang meyakini bahwa mungkin ADHD berhubungan dengan bahan kimia neurotoksin tertentu, seperti timbal dan beberapa pestisida. Paparan timbal pada anak-anak dapat memengaruhi tingkat pendidikan yang mereka capai. Hal tersebut berkaitan dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
Paparan pestisida organofosfat juga berkaitan dengan ADHD. Pestisida ini adalah bahan kimia yang disemprotkan pada rumput dan produk pertanian. Sebuah penelitian pada tahun 2016 menemukan bahwa bahan kimia organofosfat berpotensi memiliki efek buruk pada perkembangan saraf anak.
4. Merokok dan penggunaan alkohol selama kehamilan
Mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, paparan rokok selama kehamilan juga berkaitan dengan perilaku anak-anak dengan ADHD. Anak-anak yang terpapar alkohol dan obat-obatan saat dalam kandungan juga lebih mungkin mengalami ADHD.
Faktor Risiko ADHD
Selain itu, ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan kondisi ini, seperti:
Faktor lingkungan. Khususnya berkaitan dengan paparan timah yang banyak ditemukan dalam cat.
Kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau bayi dengan berat badan lahir rendah.
Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol, atau merokok selama masa kehamilan.
Kerusakan atau cedera otak yang dapat terjadi selama masa kehamilan atau pada usia dini.
Ketidakseimbangan senyawa otak (neurotransmitter) dalam otak atau gangguan dalam kinerja otak
Gejala ADHD
ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang kompleks yang dapat memengaruhi kemampuan pengidapnya untuk berfungsi dalam aspek kehidupan. Seperti di sekolah, di tempat kerja, dan bahkan di rumah.
Sementara itu, gejala pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa bisa berbeda-beda. Bahkan terkadang sulit untuk dikenali.
ADHD umumnya didiagnosa pada anak-anak atau pada saat mereka remaja, dengan usia rata-rata 7 tahun. Orang dewasa dengan ADHD mungkin telah menunjukkan gejala sejal anak-anak atau remaja, tapi diabaikan. Hal tersebut menyebabkan diagnosa terlambat dilakukan.
1. Gejala ADHD pada anak-anak
Gejala utama ADHD yaitu kurangnya perhatian, hiperaktif-impulsif, atau kombinasi keduanya. Anak dengan ADHD mungkin mengalami:
Kesulitan untuk memperhatikan dan tetap teratur.
Memiliki kegelisahan yang berlebihan.
Memiliki masalah dengan pengendalian diri atau perilaku impulsif.
Gejala ADHD pada anak mungkin terlihat seperti:
Kesulitan fokus pada aktivitas dan menjadi mudah terganggu.
Rentang perhatian rendah saat bermain atau mengerjakan tugas sekolah.
Gelisah, menggeliat, atau kesulitan duduk diam.
Selalu membutuhkan gerakan atau sering berlarian.
Berbicara berlebihan dan menyela orang lain.
2. Gejala ADHD pada remaja
Seiring bertambahnya usia anak-anak dengan ADHD, gejala yang mereka alami dapat berubah. Dalam beberapa kasus, gejala tertentu yang terlihat di masa kanak-kanak mungkin menjadi kurang bermasalah di masa remaja.
Sementara itu, gejala baru dapat muncul di tengah perubahan tanggung jawab seiring bertambahnya usia.
Pada remaja dengan ADHD, gejala yang mungkin muncul dapat berupa:
Kesulitan fokus pada tugas sekolah atau pekerjaan lain.
Sering melakukan kesalahan saat melakukan tugas atau pekerjaan.
Kesulitan menyelesaikan tugas, terutama tugas sekolah atau pekerjaan rumah.
Memiliki masalah dengan organisasi dan manajemen waktu.
Sering melupakan barang atau kehilangan barang pribadi.
Sering menghindari tugas-tugas yang melelahkan secara mental.
Kesulitan menavigasi hubungan sosial dan keluarga.
Mengalami peningkatan frustasi dan kepekaan emosional.
Penting untuk dipahami, bahwa meskipun gejala ADHD terkadang dapat menyebabkan remaja tampak “tidak dewasa”, tapi gejala tersebut hanyalah bagian dari ADHD dan tidak ada hubungannya dengan tingkat kedewasaan anak.
3. Gejala ADHD pada orang dewasa
Meskipun kebanyakan orang dengan ADHD menerima diagnosa selama masa kanak-kanak, tapi terkadang gejala tersebut diabaikan atau disalahartikan. Namun, selama gejala ADHD muncul pada seseorang sebelum usia 12 tahun, kamu masih dapat menerima diagnosa di masa dewasa.
Pada orang dewasa, gejala ADHD mungkin tampak berbeda dibandingkan pada masa kanak-kanak atau remaja. Mungkin karena adanya perbedaan tanggung jawab yang dimiliki saat dewasa.
Gejala ADHD pada orang dewasa dapat berupa:
Kesulitan belajar di perguruan tinggi atau pekerjaan.
Kesulitan menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
Memiliki masalah harga diri dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Melakukan penyalahgunaan zat, terutama alkohol.
Memiliki tantangan dalam hubungan dengan pasangan, keluarga, atau rekan kerja.
Sering mengalami kecelakaan atau cedera.
Diagnosis ADHD
Tidak semua anak yang terlihat sangat aktif dapat didiagnosis menderita ADHD. Ada beberapa langkah yang akan dilakukan dokter untuk mendiagnosis ADHD.
Menggali riwayat perjalanan penyakit pengidap, riwayat penyakit pada keluarga, serta catatan sekolah pengidap.
Menjalani serangkaian pemeriksaan fisik dan psikologis yang akan dilakukan oleh dokter ahli terhadap pengidap.
Melakukan wawancara atau kuesioner terhadap anggota keluarga, guru, pengasuh, atau orang yang mengenal baik pengidap.
Melakukan beberapa tes gambar dan tes laboratorium untuk mencari penyebab lain.
Pengobatan ADHD
ADHD hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan. Namun, penanganan perlu segera dilakukan untuk membantu pengidap beradaptasi dengan penyakitnya sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Beberapa upaya pengobatan ADHD, antara lain:
Obat-obatan yang umum digunakan untuk mengatasi ADHD. Obat-obatan ini digunakan untuk membantu pengidap lebih tenang dan mengurangi sikap impulsif sehingga dapat lebih memusatkan perhatian.
CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini dilakukan untuk menolong pengidap mengubah pola pikir dan perilaku saat mengalami masalah dalam hidupnya.
Terapi psikologi. Perawatan ini bertujuan supaya pengidap ADHD dapat menemukan solusi untuk mengatasi gejala penyakitnya.
Pelatihan interaksi sosial. Pelatihan ini bertujuan untuk menolong pengidap dalam memahami perilaku sosial yang dapat diterima dalam masyarakat.
Selain pengidap, orang tua dan keluarga juga sebaiknya menjalani beberapa terapi supaya dapat beradaptasi dan menerima gejala pengidap ADHD.
Terapi perilaku. Terapi ini bertujuan supaya orang tua atau pengasuh dapat memiliki strategi untuk menolong pengidap dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau mengatasi keadaan yang sulit.
Pelatihan untuk orang tua pengidap ADHD. Pelatihan ini bertujuan supaya orang tua lebih memahami perilaku pengidap dan memberikan bimbingan bagi orang tua untuk menjalani hidup dengan pengidap ADHD.
Pencegahan ADHD
Tidak ada pencegahan spesifik terhadap ADHD. Namun, risiko gangguan ini bisa dikurangi, dimulai dari masa kehamilan.
Ibu hamil disarankan untuk tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, serta sebisa mungkin menjauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun yang bisa membahayakan kesehatan.
Komplikasi ADHD
ADHD dapat mempersulit kehidupan anak-anak dan remaja, misalnya:
Anak sering kesulitan berada di dalam kelas, sehingga menyebabkan kegagalan akademik serta penilaian oleh anak-anak lain dan orang dewasa.
Cenderung mengalami lebih banyak kecelakaan atau cedera dibandingkan anak-anak tanpa ADHD.
Cenderung memiliki harga diri yang buruk.
Mengalami kesulitan berinteraksi dan diterima dalam pertemanan sebaya dan orang dewasa.
Berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan serta perilaku nakal lainnya.
Bukan cuma itu, ADHD juga dapat mempersulit kehidupan orang dewasa, seperti:
Prestasi akademik dan karir yang buruk.
Pengangguran.
Masalah keuangan.
Masalah dengan hukum.
Kecanduan alkohol dan penyalahgunaan zat lainnya.
Sering mengalami kecelakaan kendaraan dan lainnya.
Hubungan tidak stabil.
Kesehatan fisik dan mental yang buruk.
Citra diri yang buruk.
Memiliki upaya bunuh diri.
Referensi:
London Journal of Primary Care. Diakses pada 2023. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Review For Primary Care Clinicians.
American Psychiatry Association. Diakses pada 2023. What Is ADHD?
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children.
WebMD. Diakses pada 2023. When to Call a Doctor About Child ADHD.
Healthline. Diakses pada 2023. Common Signs of Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Adult attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
Healthline. Diakses pada 2023. Causes of and Risk Factors for ADHD
Rasa cemas atau anxiety adalah hal yang normal dirasakan ketika seseorang menghadapi situasi atau mendengar berita yang menimbulkan rasa takut atau khawatir. Namun, anxiety perlu diwaspadai jika muncul tanpa sebab atau sulit dikendalikan, karena bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh gangguan kecemasan.Namun, jika perasaan cemas menetap, bahkan memburuk hingga akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Ketahui Berbagai Gejala Anxiety
Setiap orang dapat merasa cemas ketika hendak menghadapi atau sedang berada dalam situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan.
Beberapa contoh situasi tersebut adalah pindah sekolah, memulai pekerjaan baru, akan menjalani operasi, menghadapi ujian, mengalami musibah, atau menunggu istri yang akan melahirkan.
Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan yang dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal. Orang yang cemas biasanya akan merasakan gejala-gejala berikut ini:
Membedakan Anxiety Normal dengan Anxiety yang Berbahaya
Cemas atau anxiety tidak selalu merupakan hal yang buruk. Dengan pikiran positif, rasa cemas yang muncul dapat dijadikan motivasi atau dorongan untuk dapat mengatasi tantangan atau situasi tertentu.
Sebagai contoh, saat akan ujian atau wawancara kerja, rasa cemas mungkin bisa membuat Anda termotivasi untuk belajar atau mempersiapkan wawancara kerja dengan sebaik-baiknya.
Hal yang perlu diwaspadai adalah ketika rasa cemas tetap muncul meski faktor pemicunya sudah hilang, atau perasaan cemas muncul tanpa alasan jelas dan mengganggu aktivitas. Dalam hal ini, Anda patut mencurigai adanya gangguan kecemasan.
Gejala anxiety yang dirasakan dapat berbeda pada tiap orang, tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang diderita. Untuk menentukan apakah anxiety yang muncul terbilang normal atau disebabkan oleh gangguan mental, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh psikolog atau psikiater.
Beberapa Jenis Anxiety yang Perlu Anda Ketahui
Berikut ini adalah jenis-jenis anxiety disorder atau gangguan kecemasan beserta gejalanya:
1. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder)
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum bisa merasa khawatir atau cemas berlebihan secara terus-menerus terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan, kesehatan, hingga hal-hal yang sederhana dan wajar terjadi sehari-hari, seperti berinteraksi dengan orang lain.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan umum bisa dirasakan setiap hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan kecemasan ini akan menjadi sulit menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari.
Selain munculnya rasa cemas yang mengganggu, penderita gangguan kecemasan umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, sesak, dan insomnia.
2. Fobia
Fobia merupakan jenis gangguan anxiety yang membuat penderitanya memiliki rasa takut yang berlebihan dan cenderung tidak rasional terhadap suatu benda, binatang, atau situasi tertentu.
Orang yang memiliki fobia bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang hebat ketika melihat sesuatu atau berada di tempat yang menjadi pemicu fobia, misalnya laba-laba, darah, berada di tengah keramaian, tempat yang gelap, tempat tinggi, atau ruangan tertutup.
Oleh karena itu, penderita fobia biasanya akan melakukan segala upaya untuk menjauhkan dirinya dari hal atau situasi yang ia takuti.
3. Gangguan kecemasan sosial
Penderita gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial memiliki kecemasan atau ketakutan yang luar biasa terhadap lingkungan sosial atau situasi ketika harus berinteraksi dengan orang lain.
Penderita fobia ini selalu merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut atau merasa malu secara berlebihan saat berada di keramaian.
Hal-hal tersebut membuat penderita selalu berusaha menghindari situasi yang mengharuskan ia bertemu atau berinteraksi dengan banyak orang.
4. PTSD (post-traumatic stres disorder)
Gangguan stres pascatrauma atau PTSD dapat muncul pada seseorang yang pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya yang mengancam nyawa. Contohnya, tinggal di daerah konflik atau perang, terkena bencana alam, atau korban kekerasan.
Orang yang menderita PTSD sering kali susah untuk melupakan pengalaman traumatisnya, baik terlintas dalam benak atau saat bermimpi, yang kemudian membuatnya merasa bersalah, terisolasi, dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.
Terkadang orang yang memiliki PTSD juga bisa mengalami insomnia dan bahkan depresi.
5. Gangguan panik
Penderita gangguan panik yang bisa merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas. Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan terjadi secara tiba-tiba atau berulang.
Ketika gejala panik muncul, penderita gangguan panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa lemas.
Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut akan muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan panik yang menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan paniknya kambuh di tempat umum.
6. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Orang yang menderita gangguan OCD memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang untuk meringankan rasa cemas yang berasal dari pikirannya sendiri, contohnya, mencuci tangan harus sebanyak 3 kali karena berpikir tangannya masih kotor.
Gangguan ini sulit dikendalikan, bersifat menetap, dan dapat kambuh kapan saja sehingga membuat penderitanya terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Beberapa Cara Mengatasi Anxiety
Untuk meredakan atau mencegah munculnya perasaan cemas, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut ini:
Mencukupi waktu tidur dan istirahat
Membatasi konsumsi kafein dan minuman beralkohol
Mengurangi stres dengan mencoba teknik relaksasi, misalnya meditasi dan yoga
Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur
Jika cara-cara di atas sudah dilakukan dan faktor pemicu anxiety juga sudah teratasi, tetapi rasa cemas belum juga hilang, sebaiknya konsultasikan ke psikiater. Untuk menentukan penyebab dan jenis gangguan kecemasan yang Anda alami, psikiater akan melakukan pemeriksaan psikologis.
Apabila hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan, psikiater akan mengatasi anxiety yang Anda rasakan dengan psikoterapi dan konseling, serta pemberian obat penenang bila memang dibutuhkan.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan lama-kelamaan berpotensi membuat penderitanya merasa depresi, ingin bunuh diri, hingga menyalahgunakan obat-obatan atau minuman beralkohol. Oleh karena itu, jika Anda mengalaminya, segeralah berkonsultasi ke psikiater.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan lama-kelamaan berpotensi membuat penderitanya merasa depresi, ingin bunuh diri, hingga menyalahgunakan obat-obatan atau minuman beralkohol.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami rasa cemas yang berkepanjangan, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan psikiater untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Terakhir diperbarui: 16 April 2022
Ditinjau oleh: dr. Sienny Agustin
Sumber : https://www.alodokter.com/mengenal-anxiety-yang-mengganggu-dan-berbagai-jenisnya
Depresi atau gangguan depresi mayor adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak seseorang. Individu yang mengalami kondisi ini cenderung merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.
Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik. Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang dan mampu memengaruhi kemampuan seseorang menjalani aktivitas sehari-hari. Tidak hanya itu, gangguan kesehatan ini juga dapat memburuk dan bertahan lebih lama bila tak mendapatkan penanganan.
Apa Saja Bentuk Depresi?
Depresi terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat keparahan dan apa yang menjadi penyebabnya. Berikut penjelasan untuk setiap jenisnya:
1. Depresi mayor
Jenis gangguan kesehatan mental ini muncul dengan gejala berupa perasaan sedih, mengalami kehilangan minat, atau gejala pada umumnya. Kondisi ini bisa muncul setiap waktu dan berlangsung selama sekitar 2 minggu atau bahkan lebih.
2. Distimia
Selain itu, ada pula distimia atau gejala depresi yang kronis (persistent depressive disorder). Jenis ini termasuk dalam depresi mayor yang telah terjadi dalam waktu yang lama, yaitu setidaknya selama 2 tahun.
3. Gangguan bipolar
Kemudian, ada pula gangguan bipolar, masalah suasana hari yang muncul dengan gejala berupa perubahan emosi dan suasana hati yang drastis pada dua rentang waktu. Ketika mengalami masalah kesehatan mental ini, seseorang dapat berada pada fase mania atau senang berlebihan dan depresi mayor (perasaan sedih dan putus asa).
4. Depresi postpartum
Jenis depresi ini sangat umum terjadi pada ibu yang baru melalui proses persalinan. Biasanya, kondisi ini muncul dengan gejala depresi mayor dalam waktu kurang lebih 1 tahun setelah persalinan.
5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)
PMDD adalah gangguan mental yang identik dengan wanita. Gejalanya bisa terlihat sekitar 1 minggu sebelum hari menstruasi untuk beberapa wanita, lalu menghilang ketika haid tiba. Namun, gangguan ini tidak sama dengan gejala dari PMS atau Premenstrual Syndrome.
6. Depresi atipikal (atypical depression)
Jenis ini biasanya muncul dengan beberapa gejala depresi yang tidak khas. Misalnya, kenaikan berat badan yang signifikan, terlalu banyak tidur, penolakan, dan sedih yang berlebihan. Umumnya, gejala ini akan mulai mereda jika pengidapnya mengalami kejadian atau suasana yang positif.
7. Psychotic depression
Terakhir, ada psychotic depression, kondisi gangguan kesehatan mental yang muncul pada seseorang yang mengalami depresi yang parah bersamaan dengan gejala psikotik, misalnya delusi, halusinasi, dan masalah pola pikir.
Penyebab Depresi
Sayangnya, ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab pasti seseorang mengalami depresi. Namun, mereka menduga bahwa kelainan kesehatan mental ini terjadi karena beberapa faktor pemicu berikut ini.
Masalah biologis. Seseorang yang mengidap depresi kemungkinan mengalami perubahan fisik pada otak. Meski begitu, tingkat signifikan dari perubahan ini belum pasti, meski akhirnya dapat membantu menentukan sesuatu yang jadi penyebabnya.
Gangguan kimia pada otak. Neurotransmitter adalah bahan kimia pada otak yang terbentuk secara alami dan kabarnya memiliki peran dalam terbentuknya depresi. Studi menyebutkan jika perubahan fungsi dan efek neurotransmitter ini dapat memengaruhi stabilitas suasana hati sehingga berdampak pula pada tingkat depresi pada seseorang.
Gangguan hormon. Perubahan atau gangguan pada keseimbangan hormon dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini kerap terjadi selama kehamilan dan beberapa minggu atau bulan setelahnya (pascapartum). Selain itu, seseorang yang mengalami masalah tiroid, menopause, serta beberapa kondisi lainnya juga memiliki risiko tinggi pada depresi.
Penyakit keturunan. Masalah kesehatan mental ini lebih berisiko terjadi pada seseorang dengan keluarga inti yang pernah mengalami kondisi serupa. Ahli menyebutkan, gen dapat memengaruhi risiko dari penyebab depresi.
Peristiwa kehidupan. Stres, kematian orang tersayang, peristiwa yang mengecewakan (trauma), isolasi dan kurangnya dukungan dapat menyebabkan depresi.
Kondisi medis. Rasa sakit dan penyakit fisik yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi. Pengidap penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan penyakit Parkinson lebih rentan mengalami depresi.
Obat. Beberapa obat memiliki efek samping depresi. Narkoba dan alkohol juga dapat menyebabkan depresi atau memperburuknya.
Kepribadian. Seseorang yang mudah kewalahan atau mengalami kesulitan mengatasi situasi tertentu lebih rentan terhadap depresi.
Faktor Risiko Depresi
Depresi umumnya terjadi pada remaja pada rentang usia antara 20 hingga 30-an, meski semua rentang usia juga memiliki risiko tersendiri. Wanita lebih berisiko mengalami depresi daripada pria, tetapi wanita juga lebih cepat untuk mencari bantuan profesional.
Sementara itu, depresi yang terjadi pada usia paruh baya atau orang dewasa yang lebih tua dapat muncul bersamaan dengan penyakit medis serius lainnya. Contohnya diabetes, kanker, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson.
Penyakit kronis tersebut sering kali lebih buruk ketika depresi hadir. Terkadang obat untuk penyakit tersebut dapat menyebabkan efek samping yang berkontribusi pada depresi. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental ini, antara lain:
Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada keluarga.
Menyalahgunakan alkohol atau obat terlarang.
Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, pesimis, atau terlalu bergantung kepada orang lain.
Mengidap penyakit kronis atau serius, seperti gangguan hormon tiroid, cedera kepala, HIV/AIDS, diabetes, kanker, stroke, nyeri kronis, atau penyakit jantung.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat tekanan darah tinggi atau obat tidur.
Mengalami kejadian traumatik, seperti kekerasan seksual, kematian, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keuangan.
Apa Ciri-Ciri Depresi?
Gejala depresi dapat kamu perhatikan dari dua hal, yaitu kejiwaan dan fisik. Dari aspek kejiwaan, gangguan mental ini memiliki ciri sebagai berikut:
Sering menyalahkan diri sendiri karena selalu memiliki rasa bersalah.
Kerap merasa rendah diri, tidak berharga, dan putus asa.
Selalu merasa khawatir dan cemas yang berlebihan.
Memiliki suasana hati yang buruk atau sering merasa sedih berlebihan.
Sensitif, mudah marah, dan lebih sering menangis.
Kesulitan berpikir, mengambil keputusan, dan berkonsentrasi.
Menunjukkan sikap apatis pada lingkungan sekitar.
Tidak menunjukkan ketertarikan dan tidak mempunyai motivasi untuk semua hal (anhedonia).
Selalu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri.
Sementara itu, gejala depresi secara fisik yang bisa terlihat, antara lain:
Tubuh merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
Nafsu makan menurun atau bahkan tidak berselera.
Mengalami sulit tidur atau justru tidur berlebihan.
Nyeri dan pusing tanpa penyebab yang jelas.
Bicara dan gerak tubuh yang lebih lambat daripada biasanya.
Penurunan atau hilangnya gairah seksual.
Berat badan naik atau justru menurun.
Masalah depresi tidak selalu menunjukkan gejala yang serupa. Ini bergantung pada tingkat keparahan pada setiap pengidapnya. Tingkat ringan dari gangguan mental ini bisa mengganggu aktivitas, produktivitas, dan relasi sosial. Sementara itu, pada depresi yang parah, pengidapnya tidak dapat beraktivitas dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Diagnosis Gejala Depresi
Dokter akan mendiagnosis depresi dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah jika memang perlu.
Pemeriksaan tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab dan gejala depresi. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
Pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan. Dalam beberapa kasus, depresi yang muncul memiliki kaitan dengan masalah kesehatan fisik yang menjadi penyebabnya.
Tes laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan gangguan kelenjar tiroid yang menjadi salah satu pemicu depresi melalui hitung darah lengkap. Ahli medis dapat menilai jika terdapat gangguan pada organ tersebut sehingga langsung melakukan penanganan.
Pemeriksaan mental. Psikolog atau psikiater akan bertanya tentang gejala yang muncul, termasuk pikiran, perasaan, serta pola perilaku. Selain itu, dokter juga meminta pengidap mengisi kuesioner untuk menjawab beberapa pertanyaan guna menilai kesehatan mental.
DSM-5. Dokter juga dapat menggunakan kriteria untuk depresi sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dari American Psychiatric Association.
Pengobatan Gejala Depresi
Hidup dengan depresi memang tidak mudah, tetapi pengobatan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pengidapnya. Cobalah temui ahli medis untuk meminta bantuan pengobatan agar menjadi lebih baik. Jika masih tergolong ringan, perawatan diri sendiri mungkin bisa membantu.
Jika perawatan mandiri sudah tidak efektif, pengidap mungkin memerlukan konseling psikiater atau obat resep dari dokter. Beberapa cara yang dapat menjadi pilihan untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini, antara lain:
1. Perawatan mandiri
Perawatan mandiri bisa menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi depresi yang ringan. Bagi banyak orang, olahraga teratur membantu menciptakan perasaan positif dan meningkatkan suasana hati. Mendapatkan kualitas tidur yang cukup, mengonsumsi makanan sehat dan menghindari alkohol (depresan) juga bisa membantu mengurangi gejala depresi.
2. Psikoterapi
Dokter akan merekomendasikan psikoterapi untuk kasus depresi ringan hingga berat. Selain itu, dokter juga sering mengombinasikan psikoterapi dengan obat. Berikut jenis terapi untuk mengatasi gangguan mental tersebut:
Cognitive behavior therapy (CBT). Terapi ini bertujuan untuk membantu pengidap melepaskan pikiran dan perasaan negatif serta menggantinya dengan respon positif.
Problem-solving therapy (PST), terapi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan pengidap menghadapi pengalaman yang memicu rasa tertekan.
Interpersonal therapy (IPT), guna membantu mengatasi masalah yang muncul saat berhubungan dengan orang lain.
Terapi psikodinamis, untuk membantu pengidap memahami apa yang sedang dirasakan dan bagaimana merespon perasaan tersebut.
Bergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut, pengobatan bisa memerlukan waktu beberapa minggu atau lebih lama. Dalam banyak kasus, peningkatan yang signifikan dapat berlangsung dalam 10 hingga 15 sesi.
3. Obat
Ketidakseimbangan bahan kimia pada otak menjadi salah satu faktor risiko depresi. Dokter dapat meresepkan antidepresan untuk membantu memodifikasi kimia otak seseorang. Umumnya, obat antidepresan tidak memiliki efek stimulasi pada orang yang tidak mengalami kelainan tersebut.
Antidepresan dapat mengurangi gejala dalam satu atau dua minggu pertama konsumsi, tapi manfaat penuh bisa jadi tidak terlihat hingga dua sampai tiga bulan. Dalam beberapa situasi, obat psikotropika lain mungkin membantu.
Dokter biasanya menyarankan pengidap terus minum obat selama enam bulan atau lebih setelah gejala depresi membaik. Perawatan jangka panjang juga dapat membantu untuk mengurangi risiko episode depresi pada masa depan bagi orang-orang yang lebih berisiko.
4. Terapi stimulasi otak
Jenis terapi ini biasanya menjadi pilihan untuk kondisi depresi yang tidak membaik setelah mengonsumsi obat, mengalami gejala psikosis, serta menunjukkan percobaan untuk bunuh diri. Jenis terapi stimulasi otak ini termasuk:
Electroconvulsive therapy (ECT). Terapi ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke otak melalui kulit kepala untuk menyebabkan kejang singkat.
Transcranial Magnetic Stimulation (TMS). Jenis stimulasi otak ini berlangsung dengan memakai energi magnet yang diubah menjadi arus listrik pada bagian bawah tengkorak. Prosedur ini bertujuan untuk membantu pengidap mengatur emosi. TMS adalah pengobatan tambahan yang bisa digabung dengan pengobatan dan non-invasif (tidak memerlukan operasi).
Vagus Nerve Stimulation (VHS). Dokter jarang melakukan jenis terapi ini. Prosedurnya yaitu dokter akan memasang elektroda untuk stimulasi saraf vagus yang ditanamkan pada leher pasien.
Komplikasi Depresi
Depresi adalah gangguan kesehatan mental serius yang bisa berakibat fatal bagi pengidap maupun keluarga. Gangguan ini sering kali menjadi lebih buruk bila tidak mendapat penanganan dan mengakibatkan masalah emosional, perilaku dan kesehatan yang memengaruhi kehidupan. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi termasuk:
Kelebihan berat badan atau obesitas yang bisa menyebabkan penyakit jantung dan diabetes.
Penyakit fisik.
Pelarian berupa alkohol atau penyalahgunaan narkoba.
Kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial.
Menimbulkan konflik keluarga, kesulitan hubungan, dan masalah pekerjaan atau sekolah.
Isolasi sosial.
Muncul perasaan ingin bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau bunuh diri.
Keinginan untuk mutilasi diri.
Kematian dini akibat kondisi medis.
Pencegahan Depresi
Sayangnya, ahli belum mengetahui secara pasti langkah yang efektif untuk mencegah munculnya gejala depresi. Namun, jika kamu mengidap episode kelainan mental ini, akan lebih baik untuk mencegah kekambuhan dengan mempelajari beberapa cara yang efektif.
Contohnya, perubahan gaya hidup dan pengobatan yang efektif. Beberapa cara lain yang bisa kamu lakukan untuk mencegah kelainan ini, antara lain:
Hindari kebiasaan menyendiri dengan mencari komunitas yang baik.
Buat hidup lebih sederhana dengan membuat perencanaan jangka pendek dan panjang.
Berolahraga secara teratur, minimal 3–5 kali dalam seminggu dengan durasi sekitar 30 menit.
Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan pola makan yang teratur.
Buat hidup lebih santai dan hindari stres.
Hindari konsumsi minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan medis ke psikolog atau psikiater apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala depresi, terlebih jika ada keinginan untuk mencelakai diri maupun orang lain. Baca artikel Catat, Ini Gejala Depresi yang Butuh Bantuan Psikolog untuk mengetahui kapan waktunya pengidap depresi memerlukan bantuan medis.
Penanganan sesegera mungkin dapat membantu pengidap untuk menjadi lebih produktif dan mencegah munculnya komplikasi serius karena gangguan kesehatan mental ini. Sebab, pengidap sering tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami kondisi tersebut.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Depression (major depressive disorder) – Symptoms and causes.
Medical News Today. Diakses pada 2022. Depression: Tests, symptoms, causes, and treatment.
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Want to Know About Depression.
American Psychiatric Association. Diakses pada 2022. What Is Depression?
National Institute of Mental Health. Diakses pada 2022. Depression.